TEKNIKDASAR KOMUNIKASI DALAM KONSELING
Opening (
Pembukaan )
Pengertian
Opening adalah ketrampilan / teknik
untuk membuka / memulai komunikasi dan hubungan konseling. Contohnya menyambut
kehadiran klien dan membicarakan topik netral seperti menjwab salam,
mempersilakan duduk dll.
Tujuan
·
Untuk memberi penghargaan dan
membangun hubungan baik dengan konseli.
Prinsip-prinsip
:
A.
Penyambutan
·
Non verbal : Sebuah komunikasi
dengan bahasa isyarat seperti : menghentikan aktifitas, penjemputan, menjabat
tangan, senyum, isyarat mempersilahkan masuk, menutup pintu, isyarat
mempersilahkan duduk, dsb.
·
Verbal : Sebuah komunikasi dengan
bahasa lisan, seperti : member salam, menjawab salam, menyebut nama, pujian
atas kedatangan konseli,menanyakan kabar dsb.
Kesemuanya
bertujuan untuk :
1.
Menciptakan rasa aman konseli.
2.
Membentuk kesan dan persepsi yang
positif pada konseli.
3.
Mengkomunikasikan kondisi
fasilitas konselor.
B.
Inisiasi
pembicaraan
·
Topic netral: Sebuah topic yang
tidak langsung melakukan proses konseling, atau topic umtuk mengawali
pembicaraan. Misalnya : Hobi, peristiwa hangat, kondisi kesehatan dsb
o
Contoh : “ Oh ya bagaimana
keadaan nak ….. dan keluarga dirumah saat ini, sehatkan?”
·
Kegiatan dalam kaitannya dengan
kedatangan konseli di ruang konseling.
Contoh : “Apakah saat ini nak ….. tidak
sibuk?”
Kesemuanya
dilakukan untuk :
1.
Menghindari konselor dari banyak bicara.
2.
Meredakan kecemasan awal konseli.
C.
Transisi
pembicaraan
1.
Alih topic
2.
Informasi harapan keberhasilan
3.
Meminta kesediaannta untuk direkam
4.
Pengembangan topic
D.
Hal yang harus
dihindari :
1.
Respon berlebihan
2.
Kepura-puraan
3.
Topic netral terlalu panjang
sekurang-kurangnya 5 menit
4.
Konselor tidak banyak bicara
5.
Konseli menunggu dan terabaikan
Acceptance ( Penerimaan )
Pengertian
Acceptance ( penerimaan ) adalah teknik
yang digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal
yang dikemukakan konseli. Kehadiran, bahwa konselor ada dan masih bersama
konseli agar konseli merasa ada dan diperhatikan. Contohnya anggukan kepala
dll.
Tujuan
:
1.
Untuk menyatakan bahwa konselor
hadir bersama konseli
2.
Agar konseli merasa diperhatikan
3.
Agar konseli memperoleh balikan
atas apa yang dikatakan didengar dan difahami.
Prinsip
:
1.
Menghindari stereotip
2.
Bukan sekedar respon sekenanya
melainkan konselor menangkap betul aspek yang difahami
3.
Penerimaan tidak berarti
persetujuan atau dukungan
Bentuk
:
1.
Verbal penerimaan dengan
kata-kata
a.
Kata-kata pendek seperti : ya,
he-em, baik (dalam arti mendengarkan)
b.
Frasa atau kalimat, seperti :
Saya paham, saya memahami apa yang kamu kemukakan, saya dapat merasakan apa
yang anda rasakan, saya memahami apa yang anda rasakan, dsb.
2.
Non verbal, penerimaan dengan
bahasa isyarat, seperti : menganggukan kepala, isyarat tangan, kontak mata,
elspresi wajah, postur dan gesture.
Contoh
:
Konseli
: “ Bapak
saya bingung, atas apa yang dilakukan Doni akhir-akhir ini, sepertinya dia
menjauhi saya…”
Konselor
: “ Bapak,
mengerti apa yang kamu bingungkan…..”
Restatement ( Mengulang
Pernyataan)
Pengertian
Restatement adalah respon atau teknik menanggapi pembicaraan dengan mengulang
atau menyatakan kembali sebagian kata-kata yang penting yang telah diucapkan
pembicara.
Tujuan
1.
Konseli memperoleh balikan bahwa
konselor menangkap atau mendengarkan sesuai yang konseli ucapkan.
2.
Mengarahkan pembicaraan lebih
lanjut sesuai yang diinginkan konselor.
Prinsip
1.
Pengulangan apa adanya, tanpa
mengubah kata-kata kecuali kata ganti pelaku.
2.
Memilih pesan yang terpenting
diantara sejumlah pesan yang disampaikan konseli.
3.
Menggunakan nada atau irama serta
intonasi yang berbeda.
Jenis-jenis
1.
Pengulangan kata atau frase,
misalnya: percuma, tidak bisa dimaafkan.
2.
Pengulangan kalimat, misalnya:
kamu tidak mau menyapanya lagi.
Komponen
1.
Aksen atau penekanan: mengulangi
kalimat/kata dengan nada atau tekanan yang berbeda.
2.
Parafrase: pengulangan dengan
kata-kata dan nada yang sama tetapi didahului penegasan konselor, seperti: “
anda baru mengatakan………; yang saya dengar anda tadi mengatakan……..”
Contoh
Konseli
; ” Saya sudah berkali-kali bilang pada ayah, jika yang dilakukannya adalah
perbuatan
yang salah...”
Konselor:
“ Perbuatan yang salah........”
Arah
pembicaraan
Agar
konseli bercerita lebih lanjut tentang sikap ayahnya yang salah menurut
konseli.
Reflection Of Feeling (Pemantulan
Perasaan)
Pengertian
Reflection Of Feeling adalah
pola respon atau teknik menanggapi pembicaraan konseli dengan memantulkan
perasaan/sikap yang terkandung dalam pernyataan konseli.
Tujuan
1.
Memperoleh kejelasan tentang
peranan konseli atas suatu peristiwa.
2.
Konseli merasa dimengerti
perasaanya.
3.
Mengarahkan pembicaraan yang
lebih dalam, terkait perasaan konseli.
Unsur
respon
1.
Kata-kata pemandu yang bersifat
dugaan: misalnya sepertnya, nada-nadanya, tampaknya, rupa-rupanya, agaknya dsb.
2.
Pernyataan atas jenis perasaan
tertentu yang dialami konseli.
Prinsip
aplikasi
1.
Hindari stereotip
2.
Ketepatan waktu menyatakan (timing)
3.
Kaya akan perbendaharaan istilah
perasaan
4.
Ketepatan penamaan atau pemilihan
jenis perasaan.
contoh
Konseli
: “ Saya bingung mau apa, dia begitu senang jika saya mengalami kesusahan,
bahkan dia
mentertawakan saya habis-habisan, bahkan pernah dia membuat saya malu di depan
teman satu kelas.”
Konselor
: “Mendengar cerita anda, sepertinya anda sangat jengkel sekali pada dia…”
Arah
pembicaraan :
agar
konseli mengungkap perasaan lebih jauh mengenai kejengkelan yang dialami.
Clarification (penegasan pernyataan)
Pengertian
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan
untuk memperjelas, menjernihkan, mengungkap kembali isi pernyataan konseli yang
dianggap kurang jelas, samar-samar, meragukan oleh konselor oleh konselor
dengan menggunkan kata-kata baru.
Tujuan
1.
Konseli memperoleh balikan kalau
konselor memahami konseli secara penuh.
2.
Memperjelas isi pesan konseli
dengan persepsi konselor.
3.
Konseli terbantu
mendiskriminasikan perbuatan/situasi yang dihadapi konseli.
4.
Konselor mengarahkan pembicaraan
lebih lanjut ke arah uraian situasi ataupun perbuatan yang lebih luas dan dalam
dari pernyataan konseli.
Prinsip
aplikasi
1.
Menghindari sterotip.
2.
Menggunakan kata pemandu atau
modalita klarifikasi.
3.
Kaya akan perbendaharaan istilah.
4.
Mengungkapkan inti yang merupakan
perasaan atau sari pati dari isi pembicaraan.
5.
Menggunakan kata-kata yang baru
dan segar.
Contoh
1
Pernyataan
konseli
Saya
harus bagaimana, “Ibu menginginkan saya putus dengan pacar saya dan mencari
pengganti yang sama-sama anak kuliah, Bapak menghendaki saya untuk bertunangan
dengan putra sahabat dekatnya sewaktu SMA, saya sendiri lebih suka cowok
pilihanku.
Respon
konselor.
Pada
dasarnya anda berada dipersimpangan jalan.
Arah
pembicaraan
Agar
konseli mengungkap lebih jauh aspek-aspek konflik pilihanya.
Contoh
2
Pernyataan
Konseli
“Saya harus menjadi seperti apa, setiap langkah yang saya lakukan selalu saja
tidak disetujui ibu dan ayah, setiap saya mau ini, harus begitu, saya
benar-benar lelah harus mengikuti apa yang mereka inginkan, seakan-akan aku ini
seperti boneka saja”
Respon
konselor
“ Pada dasarnya anda kurang suka atas sikap orang tua anda, yang suka
mengatur-atur anda”
Structuringn (penataan, pembatasan)
Pengertian
Structuringn adalah suatu teknik
penginformasian atau penyepakatan akan perlunya dan diikutinya
batasan-batasan tertentu dalam proses konseling, supaya berjalan sesuai dengan
prinsip-prinsip layanan yang profesional.
Tujuan
1.
Konseli memperoleh orientasi yang
tepat terkait dengan proses konseling yang dia jalani.
2.
Memperoleh kesamaan persepsi dan
harapan yang realistik dalam proses konseling.
3.
Memperoleh kepastian bersama
apakah konseli mau melanjutkan atau menghentikan proses konseling.
4.
Membangun suatu kesepakatan
mengenai pola interaksi, tindakan, perbuatan, waktu, pencapaian, jaminaan, dan
konsekuensi pernyyanan.
Prinsip-prinsip
1.
Dilakukan pada sesi awal
pertemuan.
2.
Diberikan bila keadaannya
membutuhkan.
Jenis
penstrukturan
1.
Batasan peran ( role limit)→
menjelaskan peran konselor dalam member layanan konseling pada konseli agar
tidak terjadi salah persepsi.
Contoh :
“Saudara, dalam melakukan proses konseling ini saya butuh kejujuran saudara.
Percayalah, Saya benar-benar akan menjaga rahasia Anda. Saya tidak dapat membantu
Anda apabila Anda hanya diam saja.”
2.
Batasan layanan ( service
limit)→ menjelaskan jenis dan sifat dari layanan konselor.
3.
Batasan topik (topic limit)→
mengajak memilih dan fokus pada masalah diantara sejumlah masalah yang
diuraikan.
Contoh :
“setelah saya mendengar ceritamu tadi saya menangkap banyak masalah yang Anda
hadapi, coba kemukakan masalah apa saja yang Anda hadapi?”
Jika Konselor
merasa ada masalah yang belum dikemukakan klien, maka konselor bertanya dengan
mengatakan, “Kelihatannya bukan Cuma itu saja?”, jika klien benar-benar tidak
tahu baru konselor yang meberitahukannya.
4.
Batasan tindakan (action
limit)→ meminta konseli untuk menenagkan diri dan mengendalikan tindakanya
agar tidak mengarah pada perusakan dan perbuatan negatif.
Contoh : Ada dua
orang klien yang sedang bertengkar, lalu mereka memutuskan untuk ke ruang
konseling. Dalam keadaan tersebut konselor sebaiknya menyuruh klien duduk,
mencarikan minum, diam sejenak dengan duduk dipisahkan, lalu dimulailah proses
konseling apabila klien sudah dalam keadaan tenang. Sulit bagi konselor untuk
memaksakan proses konseling berlangsung dalam kondisi yang tidak tepat.
5.
Bataan waktum ( time limit)→
menyepakati berapa lama pertemuan. Biasanya setiap pertemuan sekitar 30-60
menit. Batasan waktu perlu agar konseli mau memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Time limit dapat digunakan diawal dan diakhir konseling dengan
verbal ataupun non verbal.
Contohnya :
verbal:
“Tampaknya kita sudah lama sekali melakukan pembicaraan ini, apa yang bisa saudara simpulkan diakhir pertemuan kita hari ini?”
verbal:
“Tampaknya kita sudah lama sekali melakukan pembicaraan ini, apa yang bisa saudara simpulkan diakhir pertemuan kita hari ini?”
Non verbal :
dengan melihat jam tangan, jam dinding, menata buku, melakukan gerakan-gerakan
yang tidak biasa, mengangkat kedua tangan seperti pada saat bangun tidur,
6.
Batasan tujuan (goal limit)→
menspesifikasikan tujuan yang yang ingin dicapai dalam proses konseling.
7.
Batasan jaminan kerahasiaan (confidentiality
limit)→ meyakinkan konseli bahwa rahasianya terjaga.
Lead / Questioning
Pengertian
Lead adalah ungkapan verbal
konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perha-tian dan pembicaraan
konseli pada alur pembicaraan yang dikehendaki menurut proses dan isi bahasan konseling.
Lazim menggunakan kata-kata pertanyaan atau permintaan, maka sering disebut
teknik bertanya (questioning).
Tujuan
1.
Tergugahnya konseli memulai
diskusi isu penting,
2.
Terhindarinya konseli dari
pembeberan detail yang kurang relevan.
3.
Ditemukanya gagasan pembicaraan
tertentu oleh konseli.
4.
Terfokusnya pembicaraan menurut
proses dan alur konseling.
Jenis
1.
Pengarahan (lead) tidak
langsung atau pengarahan umum (general).
2.
Pengarahan (lead) tidak
langsung atau pengarahan khusus (spesifik).
1.
Komponen dan variasi
a.
Kata permintaan, himbauan, atau kata tanya.
b. Kata
petunjuk bidang isu yang diharapkan (umum dan khusus).
c.
Kata penjelasan atau kata keterangan.
Bentuk
khusus
a.
Pengarahan tidak langsung (lead umum)→ merupakan pernyataan himbauan
konselor agar konseli dalam responya terfokus pada topik konseling.
Contoh:
“Saudara bisa menceritakan asal-muasal kejadian yang menimpa anda dan teman
anda kenapa bisa sampai berkelahi…”
b.
Pengarahan langsung (lead khusus)→merupakan pertanyaan konselor kepada
konseli secara terbuka, menggali, melacak, memotivasi konseli untuk
berkomunikasi.
Pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat umum dan terbuka, tidak menuntut jawanan ya atau tidak lebih
bagus dan efektif digunakan untuk→
a.
Memulai interview
b.
Mendorong konseli menjajagi atau menemukan informasi.
c.
Mengungkapkan contoh tingka laku spesifik, perasaan, atau pikiran konseli.
d.
Memotivasi konseli untuk berkomunikasi dengan baik.
Contoh
: “ Apa yang anda lakukan setelah lulus sekolah? “
Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
khusus dan tertutup diperlukan untuk
1. Mentempitkan topic diskusi
2.
mendapatkan informasi spesifik
3.
Mengenali kadar suatu masalah
4.
Mencegah melanturnya pembicaraan konseli
Contoh
1
a.
Konseli : “Saya mempunyai masalah dengan teman, bapak”
b.
Konselor; “Dapatkah saudara menceritakan bagaimana masalah saudara?
c.
Arah pembicaraan→ agar konseli bercerita tentang masalahnya pada bagian mana
saja yang menurut dia penting untuk disampaikan
Contoh
2
a.
Konseli : “ Saya benci dengan perbuatan pacar saya, Ibu…”
b.
Konselor: ” Perbuatan apa yang kamu benci dari pacarmu?”
c.
Arah pembicaraan→ meminta konseli secara khusus bercerita tentang perbuatan
pacarnya yang dibenci.
Reassurance
Pengertian
Reassurance merupakan listening response, atau respon yang diungkapkan oleh konselor pada saat klien berbicara/bercerita. Melalui keterampilan ini, konselor mendukung apa yang dikatakan oleh klien atau dengan bahasa lain konselor memberikan reinforcement (penguatan) pada diri klien.
Reassurance merupakan listening response, atau respon yang diungkapkan oleh konselor pada saat klien berbicara/bercerita. Melalui keterampilan ini, konselor mendukung apa yang dikatakan oleh klien atau dengan bahasa lain konselor memberikan reinforcement (penguatan) pada diri klien.
Prinsip
dasar
1.
Pemberian penghargaan atas unjuk kerja konseli ke arah perubahan positif
2.
Perubahan kebiasaan/ perilaku baru/ lebih baik.
Tujuan
1.
Membangkitkan konseli ke arah rencana yang lebih baik dan positif
2.
Menguatkan perilaku baru yamh positif.
3.
Meredakan keraguan, kecemasan dan ketegangan konseli.
4.
Membebaskan konseli dari emosi yang berkepanjangan.
Jenis
Reassurance
dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Prediction Reassurance
Ketika
klien menyatakan bahwa ia akan melakukan suatu rencana tindakan yang positif,
maka konselor dapat mendukung pernyataan klien tersebut atau memberikan suatu
keyakinan bahwa ia bisa melakukan tindakan tersebut.
Contoh
: “Bagus, saya yakin Anda sukses.”, “Anda pasti bisa”, “Itu rencana yang bagus
sekali, Anda pasti bisa melakukannya.”
b. Postdiction Reassurance
Semula
klien merasa takut untuk menghadapi sesuatu, tetapi dengan keberaniannya
ternyata ia berhasil juga menyelesaikan tugas yang selama ini dia takutkan.
Keterampilan ini memberikan penguatan pada diri klien saat ini, yang semula
ragu atas ketidakyakinan dirinya untuk mengulangi melakukan sesuatu hal, yang
sebenarnya di masa lalu ia pernah berhasil melakukannya.
Contoh
: “Tuh kan, buktinya Anda bisa melakukannya, Coba Anda lakukan sekali lagi.
Anda pasti bisa.”
c. Factual Reassurance
Pada
saat klien mengalami musibah, misalnya, Konselor dapat membantu meringankan
beban klien dengan memberikan dukungan factual bahwa apa yang dialami klien
juga dapat dialami oleh orang lain dan merasakan seperti apa yang dirasakan
klien saat ini.
Contoh : “Saya dapat memahami apa yang Anda rasakan saat ini, sebenarnya Saya juga pernah mengalami apa yang Anda alami itu. Kuatkan diri Anda, Anda pasti bisa melaluinya.”
Contoh : “Saya dapat memahami apa yang Anda rasakan saat ini, sebenarnya Saya juga pernah mengalami apa yang Anda alami itu. Kuatkan diri Anda, Anda pasti bisa melaluinya.”
Silent / Diam
Pengertian
Silent/ Diam atau membiarkan keheningan
berlangsung beberapa saat yang diciptakan secara sengaja dengan sejumlah tujuan
tertentu yang disadari konselor.
Tujuan
a. Tercipta
peluang konseli memutuskan sendiri bagaimana memulai dan kemudian memikirkan
apa yang akan dibicarakan.
b.
Teredakanya sejumlah perasaan atau emosi negativ konseli atas dampak
peristiwa yang baru diungkapkanya.
c.
Terklarifikasikanya dalam pemikiran dan perasaan konseli sejumlah informasi
yang memungkinkan konseli memperoleh insight.
Jenis
a.
Jeda, istirahat (pause)
b.
Kehabisan isu atau bahan bicara (ending)
c. Selepas
pencetusan perasaan mendalam, menyatakan (deep and painful; emotion).
d. Antisipasi
pernyataan (respon) dari konselor.Enggan (reluctant) atau
menolak/bertahan (resistant).
Bentuk
khusus
1. Jeda,
Istirahat
kebiasaan
konseli dalam berbicara cepat, terburu-buru, kemudian berhenti. Respon konselor
dengan keheningan beberapa detik saja.
Contoh
Konseli:
“ Ketika saya bertemu dengan Dani, gadis yang saya sukai, dia sungguh anggun…
hingga membuat saya kekimpukan, muka ku merah padam ……(dst)
Setelah
bertemu dia tadi, saya selalu saja terbayang-bayang dia, naik di mimpi ataupun
dimana saja… bahkan pernah karena melamun saya terjegur ke selokan… tidak hanya
itu pak, saya akhir-akhir ini sering tidak fikus pada pekerjaan saya. dst
Contoh
Konseli: begitulah saya akhir-akhir ini
Konselor “ hem…hem…hem ….ya, ya,
Konseli: … (diam)
Konselor: …(diam Keheningan 3-5 detik)
Banyak
cerita yang anda utarakan pada bapak, bapak senang mendengarnya.
2.
Kehabisan isu atau bahan bicara
Ketika
konselor menghayati konseli kehabisan isu. Konselor memberi suasana keheningan
kemudian merespon dengan klarifikasi atau pengarahan (lead).
Contoh
Konseli : “… contoh diatas….
Konselor: “ hem hem .. .. "
Konseli: “ yah begitulah Pak…” (diam)
Konselor: “… (keheningan 2-3 detik)
Intinya,
kurang fokusnya anda karena anda selalu teringan dia….? (clarification).
3. Selepas
pengungkapan mendalam dan menyakitkan. Konseli menarik nafas dalam-dalam,
kadang-kadang menunduk, bahkan menangis. Dalam situasi ini konselor merespon
dengan keheningan cukup lama sampai keadaan dirasakan mereda, ketika konseli
mengangkat kepala maka konselor merespon dengan reflection of feeling atau
factural reassurance.
Contoh
Konseli:
“ ibu bisa bayangkan, semenjak saya kehilangan pacar saya, saya sangat kesepian
sekali, berminggu- minggu saya berusaha melupakan kesedihan ini ( menangis),
tapi apa bu di tengah kesepian ini, teman akrab pacarku malah mengajak
saya pacaran dengan dia( diam, merunduk).
Konselor: “……(keheningan sampai konseli menyeka air mata atau mengangkat
kepala). Anda sangat kehilangan rupanya”. (refleksi)
4. Antisipasi
pernyataan konseli diam dengan maksud menunggu dan mengha-rapkan jawaban
tertentu dari konselor, entah komentar atau persetujuan atas ungkapan sikap
atau keputasanya, ditandai sebelumnya uraian pendapat, persepsi, sikap,
keputusan konseli terhadap sesuatu, kemudian diam sambil menatap konselor.
Konselor tidak perlu menunggu terlalu lama kemudian merespon dengan teknik
penerimaan, restatement,atau klarifikasi.
contoh
Konseli: “ saya pikir apa yang dilakukan dia (teman pacarnya) sungguh
keterlaluan, dia tidak setia kawan, baru saja dia meningga, dia berbuat seperti
itu”.
Konselor: “ saya memahami apa yang anda rasakan”, (acceptance)
Rejection
Pengertian
Rejection merupakan teknik konseling
yang dilakukan konselor untuk mencegah perbuatan atau tindakan yang menurutnya
kurang atau tidak pantas dan merugikan diri konseli sendiri atau orang lain
jika dilakukan.
Tujuan
1.
Menghindarkan diri konseli dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang
lain.
2.
Mendorong konseli untuk melakukan tindakan yang lebih bijak dan baik.
3.
Membuat konseli agar lebih dewasa mengambil keputusan.
4.
Membuka mata dan pikiran konseli atas tindakan yang akan diambil.
Komponen
dan aturan
a.
Menggunakan kata-kata yang mengacu pada nilai dan norma- norma baik yang
berlaku.
b.
Menggunakan inti larangan atau alternatife tindakan lain.
c.
Melakukan rejection harus disertai dengan alasan yang rasional.
d.
Jangan sampai menyinggung atau menyakiti hati dan perasaan konseli.
Jenis
1.
Larangan Langsung
Merupakan suatu larangan yang secara
langsung ditujukan kepada konseli oleh konselor yang langsung pada pokok
persoalan atau masalah yang mana bila konseli mempunyai rencana yang
jelas-jelas merugikan dirinya dan orang lain.
Kata
acuannya : Jangan, tidak dsb.
Contoh
:
Konseli
: Saya sudah lelah pak jika terus hidup seperti ini, rasanya saya ingin mati
saja pak…”
Konselor
: Apa yang kamu katakan, jangan berbuat nekat,apalagi sampai mengakhiri hidup…”
2.
Larangan Tak Langsung
Merupakan suatu larangan yang secara
tidak langsung ditujukan kepada konseli oleh konselor, jika konselor menduga
dan menafsirkan perbuatan konseli itu merugikan. Larangan ini dilakukan dengan
dua cara yakni spontan dan penundaan. Spontan maksudnya adalah larangan yang
diberikan tanpa menunggu konseli selesai memberikan penjelasan. Sedang
penundaan ya lrangan yang diberikan setelah konseli selesai memberikan
penjelasan.
Contoh
;
Konseli
: “ Ingin sekali saya mencontek, agar dapat nilai yang bagus….”
Konseli
: “ Menurut anda apakah perbuatan seperti itu dibenarkan…?”
Advice
Pengertian
Advice merupakan teknik konseling yang
dilakukan oleh konselor untuk memberikan nasihat kepada konseli dengan
mengisyaratkan ada suatu pilihan, rencana, atau peluang yang baik bagi konseli.
Tujuan
1.
Memberikan nasihat kepada konseli agar bertindak lebih baik
2.
Memberikan solusi atau pemecahan masalah
Komponen
dan Variasi
1.
Menggunakan kata ganti orang
2.
Mempertimbangakan kelebihan atau kelemahan nasihat yang diberikan.
3.
Member pilihan atau alternatif.
4.
Memberikan nasihat dengan anjuran, atau prediksi ke depannya.
Jenis
a.
Nasihat Langsung
Nasihat Langsung diberikan konselor
apabila, konseli ragu akan pilihannya, tetapi konseli menunjukan suatu
perbuatan yang mendukung.
Contoh
:
Konseli
:” Saya harus memilih mana Pak, antara pilihan Ibu atau pilihan saya?
Konselor
: “ Menurut bapak, sebaiknya saudara menerima pilihan Ibu saudara,
mungkin ibu
saudara lebih tahu
mana yang lebih baik untuk saudara”.
b.
Nasihat yang bersifat persuasif/ dorongan
Konselor memberikan gambaran akan
kekurangan dan kelebihan sebelum memberi saran, jika dirasa cukup maka akan
diberikan nasihat atau saran kepada konseli.
Contoh
:
Konselor
: “ Dani memang banyak keuntungan yang anda peroleh jika anda bekerja, anda
bisa membantu keuangan orang tua,bisa hidup mandiri, tapi dari segi lain
mungkin kuliah Dani akan terganggu.”
c.
Nasihat yang bersifat pertimbangan atau penjelasan
Suatu
nasihat yang diberikan dengan mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan yang
disertai alternatif- alternatif dalam setiap pemberian informasi.
Contoh
:
Konselor
: “ Jika anda menjadi pemain sepak bola,mungkin anda bisa menjadi orang yang
terkenal bahkan lebih kaya dari persiden kita saat ini, tapi resiko yang harus
anda hadapi adalah cedera yang sering menghinggapi pemain sepakbola itu
sendiri. Keputusan anda ingin menjadi seorang desainer lebih ringan kerjanya,
hanya saja yang namanya desainer haruslah produktif, penuh inovasi agar hasil
desain yang dihasilkan tetap bisa bersaing.
Intrepretation
Pengertian
Pernyataan
konselor yang mengkomunikasikan penjelasan makna, tafsiran makna atau dugaan
pesan atau sikap dan perilaku konseli.
Tujuan
1.
Mengembangkan hubungan yang baiok melalui pengkumunikasian yang baik dan
menyenangkan konseli.
2.
Mengenali hubungan sebab akibat antara pesan dsan perilaku eksplisit dan
implisit
3.
Membantu konseli mengkaji tingkah laku dari sudut konselor.
4.
Memotivasi adar konseli mengubvah pikiran atau perilaku yang tiudak efektif.
Komponen
dan Variasi
a.
Kata acuan, dasar intrepestasi
b.
Kata modalita atau kata tanya
c.
Isi tafsiran konselor yang baik dan menyenangkan atau tidak menyinggung
konseli.
Jenis
A.
Pengecekan informasi
Teknik
yang dipakai jika terjadi kegagalan dalam menangkap pesan eksplisit arti
konseli.
Contoh
:
Konseli
:” Bapak, saya bingung, dengan keadaan saya, saya berusaha menghemat keuangan,
tapi setiap saya melihat ini…itu…saya jadi ingin memilikinya, ya jadinya
saya membellinya…jadinya saya itu hampir setiap bulan
kehabisan uang…”
Konselor
: “ Dari keterangan barusan, apakah anda bermaksud mengatakan kalau anda itu
tidak bias mengatur keuangan anda sendiri”.
B.
Interpetasi tunggal
Teknik
untuk mengklarifikasi makna tunggal terhadap satu pesan atau ungkapan konseli.
Contoh
:
Konseli
: “Bapak, saya bingung, setiap saya berusaha menghemat keuangan, tapi tidak
tahu uang saya selalu habis, dan saya tidak tahu uangnya saya gunakan
untuk apa… jadinya saya itu hampir setiap bulan kehabisan uang…”
Konselor
: “ Dari uaraian barusan,anda bermaksud mengatakan, kalau anda itu bermasalah
dengan manajemen keuangan”.
C.
Intrepetasi ganda
Teknik
untuk mengklarifikasi makna ganda terhadap pesan atau ungkapan konseli.
Contoh
:
Konseli
:” Bapak, saya bingung, setiap saya berusaha menghemat keuangan, tapi tidak
tahu uang saya selalu habis, dan saya tidak tahu uangnya saya gunakan
untuk apa… tapi yang saya ingat teman-teman yang membuat saya menjadi seperti
ini…. jadinya saya itu hampir setiap bulan kehabisan uang…”
Konselor
:” Dari keterangan saudara, anda mengatakan pengeluaran boros itu selain karena
anda itu tidak bias memanajemen kuangan juga karena teman-teman anda”.
Konfrontation
Pengertian
Konfrontasi (Confrontation), teknik
komunikasi yang menantang konseli, karena adanya ketidaksesuaian yang terlihat
dalam pernyataan dan tingkah laku konseli, karena terjadi inkonsistensi antara
perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam konfrontasi:
1.
Adanya kesenjangan yang diungkapkan konseli.
2.
Konselor telah memahami masalah konseli secara mendalam
3.
Telah terbinanya keakraban antara konselor dan konseli secara mendalam
4.
Bertujuan meredakan ketegangan yang ada dalam batin konseli
5.
Mendorong konseli mengadakan penelitian secara jujur
6.
Meningkatkan potensi konseli
7.
Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi dalam
dirinya
8.
Meningkatkan potensi konseli
9.
Membawa konseli pada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau kontradiksi
dalam dirinya
10.
Disampaikan dengan bahasa yang lugas; ringkas, tepat, jelas mudah dipahami
konseli.
11.
Tidak menyalahkan atau menilai, disertai perilaku attending, disampaikan pada
waktu yang tepat.
Tujuan
-
Membantu konseli menjadi lebih baik menyadari kesenjangan atau ketidakselarasan
di dalam pemikiran, perasaan dan perilaku.
-
Membuat konseli agar memiliki cara pandang yang baru yang mengarah pada tingkah
laku baru.
Komponen
dan variasi
A.
Kata penggugah perhatian, penyebutan nama konseli atau kata penggugah lainnya.
B.
Isi atau pesan-pesan yang” dipertentangkan” atau dihubungkan.
C.
Kata atau kalimat tanya.
Contoh
dari 3 komponen di atas :
“
Soni (a), anda tadi mengatakan anda senang sekali mendapatkan pemberian ini,
tapi muka anda pucat(b), apakah ini mengatakan kalau anda kurang senang tas
pemberian hadiah tersebut.
Summarization
Pengertian
Konselor/klien membuat simpulan dalam proses konseling.
Tujuan
1.
Memadukan pesan-pesan konseli dalam proses konseling tersebut.
2.
Mengidentifikasi tema yang muncul setelah terungkapnya sejumlah pesan.
3.
Mencegah pembicaraan konseli yang bertele-tele.
4.
Merangkum hasi kemajuan konseli yang telah dicapai.
Komponen
a.
Kata penggugah perhatian : sampai detik ini, dari awal samapi sekarang, dsb
b.
Kata isyarat, kata kunci rangkuman : jadi, pada akhirnya, dsb
c.
Paduan isu, topik atau isi rangkuman : ....hal penting...., inti pembicaraan
kita tadi...., dsb
Jenis
a. Summary
bagian.
Simpulan tentang suatu data/sekelompok
data dalam suatu proses konseling yang dibuat dalam rentang waktu atau durasi
proses konseling untuk memperjelas poin pembicaraan.
Contoh
: “sementara ini…,” “sejauh ini…”
Summary
bagian ini ada 2 yaitu :
1. Summary bagian secara langsung.
Dilakukan
atas prakarsa konselor itu sendiri berdasarkan kejelasan masalah.
Contoh : “
Dari perbincangan yang masih sekitar 5 menit ini nampaknya anda selain
bermasalah
dengan diri sendiri anda juga bermasalah dengan teman-teman di sekolah”.
2. Summary bagian secara tidak langsung.
Dilakukan
atas sebagian prakarsa konselor , dan kemudian ditawarkan pada konseli untuk
melengkapi/ menambahkan.
Contoh:
“ Di awal pertemuan kita ini, anda mempunyai banyak masalah diantaranya dengan
diri sendiri, teman selain itu mungkin bias disebutkan ……..”.
a. Summary akhir.
Simpulan akhir untuk mengakhiri proses
konseling.
Contoh
1
“Kita
sudah berbicara banyak sejauh ini, apa yang bisa Anda simpulkan dari pertemuan
kali ini?”
“Kalau Anda bisa menyimpulkan, bagaimana kesimpulannya?”
“Kalau Anda bisa menyimpulkan, bagaimana kesimpulannya?”
Contoh
2
“
Pada akhirnya kita banyak menyepakati permasalahan-permasa;ahan yang anda almi,
mulai dari masalh belajar, keuangan, bahkan sosialisasi anda juga bermaslah”.
Termination
Pengertian
Respon
konselor untuk mengakhiri proses konseling untuk dilanjutkan lagi atau memang
proses konseling benar-benar telah selesai. Maksud selesai menurut saya yakni
proses konseling yang sudah membuat konseli bisa memahami diri dan bagaimana
memikirkan tindakan selanjutnya yang lebih baik dan berguna bagi dirinya.s
Tujuan
1.
Mencapai pemahaman antara konselor dan konseli mengenai apa yang dicapai dalam
proses konseling
2.
Mengkomunikasikan keperluan penyesuaian terhadap pengambilan tanggung jawab
seusai konseling.
3.
Memelihara persepsi pantas konseli tentang penerimaan dan pemahaman konselor.
4.
Memiliki gambaran “Peta Kognitif” jalannya konseling.
Jenis
a.
Pengakhiran Langsung/ Murni
Pengakhiran
proses konseling, secara verbal, singkat dan tegas, yang mengandalkan bahasa
pragmatik.
Contoh
: “ Bapak rasa konseling kita sudah selesai, mungkin bisa kita akhiri
sekarang”.
b.
Pengakhiran Tak Langsung
Pengakhiran
proses konseling ini ada 2 yakni Verbal dan Non verbal
Verbal
: Melalui ucapan konselor
Contoh
: “ Mendengar keinginan saudara tadi, alangkah baiknya jika dipikirkan dulu
secara matang dengan orang tua anda dirumah, mungkin nada bisa melakukannya
saat ini juga…”
Non
verbal : dengan melihat jam dinding ata jam tangan dengan berkali-kali.
Daftar
Rujukan
Fauzan,
Lutfi dkk. 2008. Teknik-teknik Komunikasi Untuk Konselor. UM :
UPTBK
Semiun, Yustinus.
2006.Kesehatan Mental 3.Yogyakarta: Kanisius
Gunung Mulia
Diakses
1 Desember 2011
http://www.kopertis3.or.id/html/wp-content/uploads/2011/04/komunikasi-konseling-versi-
doc.pdf Diakses 20
Desember 2011

Tidak ada komentar:
Posting Komentar